Kamis, 23 Oktober 2008

Antropologi Teater-2

Manusia dan Kebudayaan

• Bentuk tertua makhluk hidup adalah makhluk bersel satu, seperti protozoa. Lalu berkembang atau berevolusi menjadi makhluk seperti kera dan manusia. Dalam agama Islam, manusia berasal dari unsur tanah
• Unsur-unsur Kebudayaan: (1) Bahasa, (2) Sistem Teknologi, (3) Sistem ekonomi, (4) Organisasi Sosial, (5) Sistem Pengetahuan, (6) Kesenian, (7) Sistem Religi. Dalam hal ini, aktivitas adat istiadat, pranata-pranata social dan benda-benda kebudayaan dapat dikaitkan dengan ketujuh unsur diatas
• Dua wujud setiap kebudayaan (1) kebudayaan sebagai suatu kompleks dari konsep norma-norma, pandangan, dan sebagainya, yang abstrak, disebut sistem budaya, (2) kebudayaan sebagai suatu rangkaian dari tindakan yang konkrit, dimana individu saling berhubungan dan berbuat berbagai hal dalam keadaan interaksi, disebut sistem sosial.
• Kebudayaan berasal dari kata kultur yang dalam kata Latin adalah cultura (kata kerjanya, colo, colore), dan artinya memelihara atau mengerjakan, mengolah. Pengertian ini berkembang menjelang abad 18 melalui karangan Herder tentang sejarah semesta, Ideen zur Geschichte der Menscheit, dan terutama karangan Klem berjudul Allgemeine Culturgesschichte der Menscheit. Sutan Takdir Alisjahbana (1986: 205) selanjutnya menegaskan bahwa "dalam analisa kedua tokoh ini, perkataan kultur atau kebudayaan dalam arti yang modern mendapat arti tingkat kemajuan, yaitu tingkat pengerjaan atau pengolahan yang dicapai manusia pada suatu ketika dalam perjalanan sejarah".
• 7 (tujuh) penggolongan definisi kebudayaan oleh Alisjahbana, yakni
pertama menekankan kenyataan, bahwa kebudayaan itu adalah suatu keseluruhan yang kompleks, yang terjadi dari unsur-unsur yang berbeda seperti pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan segala kecakapan yang lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kedua, menekankan sejarah kebudayaan, yang memandang kebudayaan sebagai warisan sosial atau tradisi. Ketiga, menekankan segi kebudayaan yang normatif, yakni kebudayaan sebagai cara, aturan dan jalan hidup manusia. Di sini juga ditekankan cita-cita, nilai-nilai dan kelakukan. Keempat, pendekatan secara Psikologi, kebudayaan sebagai penyesuaian manusia kepada sekitarnya. Dalam hal ini, Summer dan Keller yang menekankan penyesuaian manusia pada keadaan dan syarat-syarat hidupnya. Sedangkan Kroeber dan Kluckhohn menekankan usaha belajar dan pembiasaan serta definisi yang bersifat psikologi murni yang dirumuskan dalam istilah psiko-analisis dan psikologi sosial. Kelima, menekankan hal-hal yang bersifat struktur yang membicarakan pola-pola dan organisasi kebudayaan. Keenam, kebudayaan dipahami sebagai hasil perbuatan atau kecerdasan manusia. Grover merumuskan kebudayaan sebagai hasil pergaulan atau perkumpulan manusia. Dalam hal ini juga ditekankan pikiran-pikiran dan lambang-lambang. Ketujuh merupakan definisi-definisi yang tidak lengkap dan tidak bersistem (1986: 207).
• Alisjahbana maupun Koentjaraningrat mengakui bahwa banyak sekali definisi-definisi kebudayaan yang mengacu pada suatu disiplin ilmu tertentu, bukan saja antropologi, tetapi juga sosiologi, filsafat, sejarah maupun kesusasteraan. A.L. Kroeber dan C. Kluchhohn pernah mengumpulkan sebanyak mungkin definisi kebudayaan, dan tercatat paling sedikit terdapat 160 buah definisi dalam bukunya berjudul Culture, A Critical Review of Concepts and Defenitions (Cambridge, Mass: 1952). Berdasarkan ilmu Antropologi, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (1990: 180).
• Di sisi lain, kebudayaan –culture, dalam kata Sanskerta adalah buddhayah, dalam bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, ke-budaya-an dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal, atau daya dari budi (Koentjaraningrat, 1990: 180). Zoetmulder juga melihat kodrat manusia dengan akal budinya merupakan titik tolak kebudayaan (1951: 14; dalam Soerjanto Poespowardojo, 1993: 218).
• Soerjanto Poespowardojo (1993: 227-228) memaknai kebudayaan bahwa:
Kebudayaan adalah identitas suatu bangsa. Dengan demikian, jelaslah bahwa kebudayaan bukan sekedar pakaian, melainkan hidup yang memolakan setiap sikap dan perbuatan berdasarkan nilai yang dihayati. Kebudayaan di satu pihak adalah ciptaan pribadi-pribadi manusia, namun juga merupakan ciptaan seluruh masyarakat, karena seseorang tidak mungkin menciptakan karya budayanya tanpa pengaruh dan pembentukan dari masyarakat, di mana dia dibesarkan. Maka, kebudayaan adalah keseluruhan warisan yang dilanjutkan dari generasi yang satu ke generasi seterusnya.
• Stephen K. Sanderson (2003: 44) tidak melihat kebudayaan sebagai pewarisan secara biologis, tetapi ”kebudayaan sebagai keseluruhan karakteristik para anggota sebuah masyarakat, termasuk peralatan, pengetahuan, dan cara berpikir dan cara bertindak yang telah terpolakan, yang dipelajari dan disebarkan serta bukan merupakan hasil dari pewarisan biologis.
• Sanderson membagi empat karakteristik utama kebudayaan
pertama, kebudayaan mendasarkan diri pada simbol. Simbol sangat esensial bagi kebudayaan, karena ia merupakan mekanisme yang diperlukan untuk menyimpan dan mentransmisikan sejumlah besar informasi yang membentuk kebudayaan. Kedua, kebudayaan itu dipelajari dan tidak tergantung kepada pewarisan biologis dalam transmisinya. Ketiga, kebudayaan adalah sistem yang dipikul bersama oleh anggota suatu masyarakat, yakni, ia merupakan representasi dari para anggota masyarakat yang dipandang secara kolektif daripada individual. Keempat, kebudayaan cenderung terintegrasi (2003: 44).

Ringkasan
Kebudayaan menjadi identitas bagi suatu bangsa manusia, hidup yang memolakan setiap sikap dan perbuatan berdasarkan nilai yang dihayati. Kebudayaan di satu pihak adalah ciptaan pribadi-pribadi manusia, namun juga merupakan ciptaan seluruh masyarakat, karena seseorang tidak mungkin menciptakan karya budayanya tanpa pengaruh dan pembentukan dari masyarakat, di mana dia dibesarkan.

Topik Diskusi
1. Bagaimana anda memandang kebudayaan yang ada di sekitar anda –dalam hubungan manusia yang ada dalam kebudayaan tersebut
2. Bagaimana teater menempatkan diri dalam kebudayaan
3. Bagaimana teater menjadi bagian penting dalam diri manusia dan kebudayaan




Sumber Bacaan:

• Koentjaraningrat, 1986, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta: Aksara Baru
• Poespowardojo., Soerjanto, 1993, Strategi Kebudayaan, suatu pendekatan Filosofis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama dan Lembaga Pengkajian Strategi dan Pembangunan (LPSP)
• Sanderson., Stephen K, 2003, Makro Sosiologi, sebuah pendekatan terhadap Realitas Sosial (judul asli Macrosociology, HarperCollins Inc, penerjemah: Farid Wajidi dan S. Menno, pengantar Hotman M. Siahaan), Jakarta Utara: PT. RajaGrafindo Persada.
• S. Takdir Alisjahbana, 1986, Antropologi Baru, Nilai-nilai sebagai Tenaga Integrasi dalam Pribadi, Masyarakat, dan Kebudayaan, Jakarta: Universitas Nasional dan PT. Dian Rakyat

Tidak ada komentar: