Rabu, 03 Desember 2008

WAYANG GOLEK WAHYU

G. WAYANG GOLEK WAHYU
1. Lokasi keberadaan
Golek atau golekan adalah bahasa Jawa yang artinya adalah boneka. Wayang Golek Wahyu adalah wayang golekan atau wayang berbentuk boneka tiga dimensi yang dibuat dari kayu. Bentuknya mirip wayang Thengul atau wayang golek Sunda. Ceritanya diambil dari Alkitab, baik Perjanjian Baru maupun Perjanjian Lama, sehingga tokoh-tokoh yang digambarkan adalah tokoh-tokoh dalam Alkitab. Wayang ini dikembangkan oleh Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Jambangan Kota Surabaya pada tahun 1997. Ide atau gagasan pertama yang melahirkan Wayang Golek Wahyu ini adalah Wahjudhi Dwidjowinoto warga GKJW Jambangan. Wayangnya dipesan dari Susanto perajin loroblonyo di kota Wates Kabupaten Kulonprogo Jogjakarta. Loroblonyo adalah boneka sepasang mempelai tradisional Jawa dalam posisi duduk. Susanto memproduksi loroblonyo dari kayu berbagai ukuran dari yang ukuran tinggiya 20 Cm sampai sebesar manusia. Maka dari itu Wahjudhi Dwidjowinoto sebagai pencetus gagasan Wayang Golek Wahyu mempercayakan pembuatan wayangnya kepada Susanto yang sudah dikenal sebelumnya dengan pertimbangan Susanto sudah terbiasa membuat boneka dari kayu, selain itu Susanto beragama Kristen sehinga tidak akan kesulitan membuat boneka wayang yang merupakan perwujudan tokoh-tokoh dari Alkitab.
2. Tokoh-tokoh cerita
Tokoh-tokoh cerita Wayang Golek Wahyu merupakan penggambaran tokoh-tokoh yang ada di Alkitab, baik Kitab Perjanjian Lama maupun Kitab Perjanjian Baru. Semua tokoh-tokoh tersebut dipilah menjadi dua kelompok, yaitu kelompok tokoh yang mempunyai karakter baik dan selalu berusaha mengusahakan perdamaian dunia dan mengajak umat manusia berbakti dan menyembah Tuhan YME, dan berbuat kebajikan, dalam pergelaran ditaruh di sumpaingan kanan. Yang satu lagi kelompok jahat, iblis, dan sebagainya yang suka menentang kebijakan Tuhan YME dan senang berbuat kejahatan, dikelompokkan pada sumpingan kiri. Kelompok Wayang Golek Wahyu yang berkarakter baik dan diletakkan pada sumpingan kanan misalnya: Para malaikat, para penyelamat dan nabi-nabi, para rasul, para satria, Yesus, orang-orang suci, Yusuf, Yohanes, Daud, Daniel, Zakaria, Orang Majus, Simon, dan sebagainya. Kelomok jahat yang diletakkan di sumpingan kiri misalnya: Goliat, Iblis, tokoh penjilat/penipu, Pilipus, Luzifer, Habil, Gideon, Yudas, Simon, Herodes, Iblis merah, Yonathan, dan sebagainya. Karena wayangnya agak terbatas, maka ada kalanya tokoh wayang yang digunakan pada cerita Perjanjian Lama digunakan pada cerita Perjanjian Baru dengan nama lain. Misalnya tokoh Goliat di Perjanjian Lama dapat digunakan sebagai raja Herodes pada Cerita pada Kelahiran Yesus. Ada juga wayang srambahan yang artinya wayang serbaguna misalnya wayang prajurit, wayang dagelan/lawak, malaikat, wayang yang menggambarkan rakyat biasa, dan sebagainya. Wayang prajurit yang digunakan pada cerita Perjanjian Lama juga digunakan sebagai prajurit dalam cerita Perjanjian Baru. Malaikat pada cerita Perjanjian Lama juga digunakan sebagai malaikat pada cerita Perjanjian Baru. Demikian juga tokoh dagelan/lawak dan rakyat biasa, wayangnya sama baik digunakan pada cerita Perjanian Lama maupun pada cerita Perjanjian Baru.

a. Tokoh cerita dari Kitab Perjanjian Lama

Gambar 242
Goliat


Gambar 243
Malaikat

Gambar 244
Dayang-dayang istana (srambahan)


Gambar 245
Musa


Gambar 246
Musa dengan pendeta Mesir


Gambar 247
Raja Salomo


Gambar 248
Komandan pasukan dengan para prajutit
dapat digunakan untuk prajurit mana saja (srambahan)

b. Tokoh cerita dari Kitab Perjanjian Baru

Gambar 249
Maria dengan Yusuf

Gambar 250
Maria

Gambar 251
Kawanan domba

Gambar 252
Kawana Domba di padang rumput


Gambar 253
Malaikat yang mendatangi Maria, Yusuf, dan para gembala

Gambar 254
Para Gembala dengan kawanan dombanya

Gambar 255
Pemilik Penginapan


Gambar 256
Raja Herodes (kiri) dan perdana menterinya (kanan)


Gambar 257
Orang-orang Majus


Gamabar 258
Prajurit raja Herodes beserta komandan pasukannya



Gambar 259
Tokoh wanita dan pria untuk rakyat biasa dan lain sebagainya







c. Tokoh Geculan/lawak

Gambar 260
Tokoh lawak sebagai selingan cerita, namanya dapat berubah setiap lakon

3. Perlengkapan yang digunakan
Perlengkapan yang digunakan pada pergelaran Wayang Golek Wahyu seperti pada pergelaran wyang kulit purwa yaitu: wayang, debog (pohon pisang), kotak wayang, kerak, cempala, dan gamelan. Wayang Golek Wahyu tidak menggunakan kelir garena bentuk wayangnya 3 dimensi, jadi yang tampak oleh penonton bentuk wayangnya secara utuh, tidak diperlukan bayangannya.
a. Wayang
Wayang Golek Wahyu merupakan bentuk 2 dimensi seperti wayang golek Sunda. Tokoh-tokohnya terdiri dari tokoh putren (wanita); putra alus (pria yang berbadan sedang, berkarakter halus, sabar, rendah hati) misalnya Raja Salomo, Yusuf dsb.; putra gagah yaitu pria yang berbadan gagah tegap misalnya Yohanes pembabtis; tokoh kasar, yaitu tokoh yang berbadan tinggi besar tingkah lakunya kasar miasalnya Goliat; dan Busana Wayang Golek Wahyu berupa baju dan atau jubah dengan asoseris lainnya. Untuk para prajurit memakai baju perang lengkap dengan helm-nya dan bersenjata pedang. Bila perlu baju Wayang Golek Wahyu dapat diganti atau ditukar untuk menjadikan tokoh lain yang diperlukan. Ukuran wayangnya juga ada yang besar, sedang, dan kecil. Kelompok tokoh kasar dengan berukuran besar, kelompok tokoh gagah berukuran sedang, kelompok tokoh halus berukuran agak kecil, dan kelompok putri berukuran kecil. Selain itu juga ada wayang geculan (lucu) yang berperan sebagai abdi tokoh yang berkarakter baik termasuk para gembala. Wayang Golek Wahyu tidak ada yang disumping seperti wayang kulit purwa, karena dalang Wayang Golek Wahyu dapat lebih dari satu dan bekerja bersama-sama memaikan wayang.
b. Panggungan
Yang dimaksudkan panggungan dalam wayang Golek adalah dua buah debag pisang yang disusun atas bawah membujur di depan dalang, kurang labih sepanjang 3 meter. Tempat ini merupakan tempat dipergelarkannya pertunjukan wayang Golek wahyu yang dilaksanakan oleh seorang dalang atau lebih. Dua buah debog yang dipasang bertumpukan seperti pada wayang kulit purwa, yaitu debog atas disebut panggungan untuk menancapkan para raja dan atau tokoh berstatus sosial tinggi, sedangkan debog bawah untuk menancapkan punggawa, putra raja, dan tokoh berstatus sosial lebih rendah, disebut paseban karena untuk wayang yang seba (menghadap raja/pembesar). Sebelum pergelaran wayang kulit dimulai ditengahnya ditancapkan gunungan.
Di depan panggungan ini merupakan tempat duduk para dalang yang melaksanakan pergelaran Wayang Golek Wahyu. Jarak duduknya dalang dengan debog atas dengan ukuran dalang dapat menancapkan dan menggerakan wayang. Sebelah kiri dalang yang berada di paling kiri diletakkan kotak untuk menempatkan wayang dudahan yang menunggu giliran ditampilkan, dan pada bibir kotak di atas posisi kaki dalang digantungkan keprak. Tutup kotak diletakkan di sebelah kanan dalang paling kanan, dengan arah sejajar kotak, gunanya untuk menempatkan wayang Golek Wahyu kelompok berkarakter baik yang menunggu giliran untuk ditampilkan di panggungan.
d. Debog
Debog pada pergelaran Wayang Warta jumlahnya hanya 2 buah, dipasang horisontal dengan titancapkan pada kayu yang disebut tapak dara, dan satu lagi ditaruh dibagian tengah juga horisontal dibawah debog pertama, tetapi pemasangannya agak maju sedikit sehingga membentuk seperti undak-undak di depan dalang disebut panggungan, gunanya untuk menancapkan wayang berstatus sosial tinggi, bagian bawah disebut paseban gunanya untuk menancapkan wayang yang status sosialnya lebih rendah. Wayang yang ditancapkan di debog paseban kalau dilihat tampaknya duduk dilantai, sedangkan raja yang ditancapkan di debog panggungan seperti berdiri di lantai. Jadi kalau semuanya dilihat dari dari arah penonton wayang yang berstatus sosial rendah seperti duduk di lantai menghadap tokoh yang berstus sosial tinggi.
e. Lampu
lampu listrik yang dipasang dan diatur untuk menerangi wayang, sehingga panggungan menjadi terang dengan harapan penonton lebih jelas dapat melihat wayang Golek Wahyu yang dipentaskan. Penonton wayang Golek Wahyu berada di depan para dalang.
f. Kotak
Seperti pada wayang kulit purwa, kotak wayang Golek Wahyu berukuran kurang lebih panjang 150 Cm, lebar 70 Cm, dan tingginya 50 Cm, dengan tebal kayu 2 Cm. Kotak dilengkapi dengan bibir kayu pada tepi atasnya, gunanya untuk memasang tutup kotak. Dalam kotak diberi pembatas, sehingga terdapat dua ruangan, satu besar, dan stunya kecil. Bagian yang kecil disebut anakan kotak, gunanya untuk menyimpan kelir, keprak, cempala, senjata wayang, dan perlengkapan lain pada waktu wayang tidak dipergelarkan. Bagian yang besar untuk menyimpan wayang berdasarkan kelompoknya dengan pembatas tripleks yang dibungkus kain atau eblek. Pada waktu pergelaran wayang Golek Wahyu kotak diletakkan di sebelah kiri dalang yang duduk paling kiri dengan bagian anakan kotak berada di dekat debog. Pada bibir anakan kotak ini digantungkan keprak yang dapat dibunyikan dalang dengan dijejak dengan kaki kanan yang disilangkan menumpang lutut kiri. Tutup kotak diletakkan di sebelah kanan dalang paling kanan dalam posisi sejajar dengan kotak, gunanya untuk meletakkan wayang kelompok berkarakter baik yang menunggu giliran untuk dimainkan di panggungan.
g. Cempala
Cempala yang digunakan pada pergelaran wayang Golek Wahyu seperti pada wayang kulit purwa yaitu dua macam, yang satu besar yang satu kecil. Gunanya juga sama seperti pada wayang kulit purwa yaitu untuk memukul kotak dengan teknik pukulan tertentu sebagai tanda kepada pengrawit untuk memulai maupun mengakhiri gending iringan pergelaran. Cempala besar dipegang tangan kiri dalang paling kiri, sedangkan cempala kecil dijapit ibu jari dan telunjuk kaki kanan menggantikan fungsi tangan kiri kalau kedua tangan dalang sedang memaikan wayang. Bunyi dhodhogan kotak dengan cempala dan fungsinya juga sama seperti pada wayang kulit purwa, yaitu.
NO JENIS DHODHOGAN FUNGSI
a. Dhodhogan Lamba Untuk sasmita patetan atau untuk sela/jedah monolog tokoh wayang. Suaranya: Dhog.

b. Dhodhogan Pinjal Lamba Untuk permintaan srepeg. Suaranya: Dhog-dhog, dhog-dhog, dhog-dhog, disambung keprak crek- crek-crek dst.

c. Dhodhogan Singgetan Untuk tanda jedah pocapan (cerita) dalang. Suaranya: Dherodhog-dhog.

d. Dhodhogan Pada Wacana Untuk memberi tanda antara ucapan tokoh wayang satu dengan tokoh lain dalam antawacana (dialog). Suaranya: Dhog, Dherodhog-dhog.

e. Dhodhogan Neter Untuk menandakan suasana tegang/ marah.
Suaranya: Dherodhog-dhog, dhog- dhog-dhog-dhog-.........dst.

f. Dhodhogan Panggugah Untuk tanda bahwa dialog sudah mulai memanas, biasanya dilanjutkan dengan adegan perang. Suaranya: Dhog, dhog, dhog,....dst.

g. Dhodhogan Sendhalan Untuk tanda gamelan dibunyikan sampak.
Suaranya: Dhog-dhog-dhog..disambut dengan keprak crek-crek-crek dst.
h. Dhodhogan sumeleh Untuk memberi tanda agar gamelan di bunyikan
ayak-ayak.
Suaranya: dhog,..dhog,..dhog,..dhog, ..dhog.

h. Keprak
Keprak yang digunakan wayang Golek Wahyu sama dengan pada wayang kulit purwa, peletakannya juga disangkutkan pada bibir kotak wayang, sehingga keparak menggantung dan menyandar pada dinding kotak di sebelah kiri dalang yang duduk paling kiri. Dengan demikian dapat dibunyikan dengan kaki dalang, sehingga bersuara prak-prak, atau jek-jek sesuai kuat lemahnya hentakan kaki dalang. Bunyi keparakan ini untuk mengiringi gerak wayang terutama pada waktu adegan perang, bila ada wayang yang memukul keprak dibunyikan dengan hentakan kaki dalang sehingga seolah-ohah pukulannya hebat, demikian juga kalau setelah dipukul wayang tersebut jatuh, dibarengi dengan bunyi keprak dengan hentakan kaki dalang sehingga berkesan jatuhnya wayang pada tanah yang keras sehingga berbunyi dan wayangnya merasa kesakitan.

Gambar 261
Cempala besar dan cempala japitan (kecil) dan Keprak
i. Gamelan
Gamelan yang digunakan dalam pergelaran wayang Golek Wahyu sama dengan yang digunakan wayang kulit purwa yaitu gamelan berlaras pelog dan slendro. Masing-masing laras terdiri: Bonang Barung, Bonang Penerus, Gender Barung, Gender Penerus, Slenthem, Demung, Saron (dapat lebih dari satu), Peking, Kethuk- Kenong, Kempul dan Gong, Kendang (kendang wayangan, kendang gedhe, dan ketipung), Siter, Rebab, Suling, Jedor
Bila pengrawitnya lengkap jumlahnya sesuai dengan jumlah instrumen gamelan, tetapi kalau pengrawitnya hanya 12 orang, instrumen suling, rebab, dan siter dapat dirangkap oleh pengrawit penabuh instrumen Demung, Saron, atau peking.
4. Seniman yang berperan dalam pementasan
Seniman yang berperan pada pergelaran wayang Golek Wahyu sama dengan pada pergelaran wayang kulit purwa, yaitu dalang, pengrawit, pesindhen.
a. Dalang
Dalang pada pergelaran wayang Golek Wahyu dapat hanya seorang, 2 (dua) orang, atau 3 (tiga) orang. Dalang yang duduk di paling kiri dekat kotak merupakan pimpinan pergelaran wayang Golek Wahyu yang juga bertindak sebagai sutradara dan sekaligus membunyikan keprak dan dodogan serta memaikan wayang dan dialog. Dalang kedua dan atau ketiga bertugas memaikan wayang dan membawakan dialog wayang. Yang melantunkan suluk, narasi dan cerita dapat diatur bergantian disesuaikan kesepakatan sebelum mulai mendalang. Dialog juga diatur sesuai kesepakatan sebelumnya, siapa yang membawakan tokoh A, dan siapa tokoh B dan tokoh C, sehingga dapat terjadi dua tokoh atau lebih berbicara atau tertawa sacara bersamaan.
Dengan demikian juga dapat terjadi 3 (tiga) wayang atau lebih bergerak secara bersama-sama. Misalnya pada waktu para gembala di padang Efrata berdialog, sementara itu domba-domba yang digembalakan tetap digerakkan seolah-olah makan rumput oleh dalang kedua atau ke tiga; pada waktu malaekat datang yang dimaikan oleh seorang dalang, dalang lain memainkan para gembala yang terkejut, tetapi dalang yang satu dapat tetap memainkan wayang domba.
Bahasa yang digunakan dalam pergelaran wayang Golek Wahyu dapat menggunakan bahasa Jawa, tetapi dapat juga menggunakan bahasa Indonesia. Pemilihan penggunaan bahasa ini disesuaikan dengan permintaan yang meminta pentas, kalau diminta menggunakan bahasa Jawa dilayani dengan bahasa Jawa, kalau diminta menggunakan bahasa Indonesia digunakan bahasa Indonesia. Namun demikian sulukan dalang tetap menggunakan syair Kidung Pasamuan Kristen yang menggunakan bahasa Jawa.

Gambar 262
Pergelaran Wayang Golek Wahyu dengan satu dalang.
Adegan Yusuf mengajak Maria dan bayi Yesus mengungsi ke Mesir.
Suluk dalam pergelaran wayang Golek Wahyu diambil dari sair nyanian Kidung Pasamuan Greja Kristen dengan lagu seperti sulukan wayang kulit purwa. Sulukan juga digunakan untuk menciptakan suasana tertentu dan atau untuk merubah suasana dari suasana tenang ke gaduh, tenang ke gembira, atau sedih, dan sebagainya. Jenis sulukan adalah sebagai berikut.
NO JENIS SULUK KETERANGAN
1. Kombangan Yaitu lagu/tembang dalang yang didendangkan di dalam gending (ketika gamelan sedang berbunyi). Gunanya untuk memberi kode (sasmita) kepada pengrawit bahwa janturan dalang telah habis/selesai, atau sasmita bahwa dalang menginginkan irama ngelik/tinggi, dan perlu dikombangi.
2. Pathetan Yaitu lagu/tembang yang didendangkan dalang dengan diiringi instrumen gender, rebab, gambang, suling, kenong, dan kempul + gong, untuk menciptakan atau merubah suasana yang terasa tenang, tenteram, damai.
3. Sendhon Yaitu l;agu/tembang yang didendangkan dalang dengan diiringi instrumen gender, rebab, gambang, suling, kenong, dan kempul + gong, untuk memberikan tekanan sentuhan emosional penonton dalam terjadinya perubahan suasana; misalnya dari suasana gembira berganti suasanan sedih didendangkan sendon tlutur.
4. Ada-ada Yaitu lagu/tembang yang didendangkan dalang dengan diiringi instrumen gender, kempul, kenong, dan gong, disertai dengan suara dhodhogan cempala atau keprak neter, gunanya untuk menciptakan suasana tegang, marah, atau gembira.

b. Pengrawit
Pengrawit dalam pergelaran wayang Golek Wahyu sama dengan pada pergelaran wayang kulit purwa, tugasnya adalah mengiringi jalannya pergelaran wayang Golek Wahyu dari menjelang pergelaran, dan mulai awal pergelaran sampai akhir pergelaran. Pengrawit harus dapat bekerjasama dengan kompak dibawah komando atau pimpinan dalang. Pengrawit selain dituntut menguasai gending iringan pergelaran wayang, juga dituntut menguasai gending-gending dolanan dan lain sebagainya yang merupakan pelengkap suatu pergelaran wayang Golek Wahyu. Permintaan dalang untuk memainkan gending iringan cukup melalui dhodhogan kotak atau kode ucapan tertentu dan pengrawit harus sudah dapat tanggap.
c. Pesindhen
Pesindhen dalam pergelaran wayang Golek Wahyu juga seperti pada pergelaran wayang kulit purwa yaitu untuk lebih menyemarakkan suasana pergelaran. Tempat duduknya juga di sebelah kanan dalang paling kanan atau di belakang dalang disesuaikan dengan keadaan tempat. Tugas pesindhen adalah melantunkan lagu-lagu Jawa dan gerongan sebagai pengisi gendhing karawitan, melantunkan lagu yang ditugaskan oleh dalang, atau melantunkan lagu atas permintaan penonton. Dengan adanya pesinden gendhing iringan pergelaran wayang kulit menjadi lebih indah dan lebih semarak.

5. Urutan pelaksanaan pementasan
Urutan pergelaran wayang Golek Wahyu dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pathet Nem
1) Talu
Parmainan instrumen gamelan dan memaikan lagu kidung Pasamuan, dilanjutkan palaran, srmpegan, sampak, yang menandakan pergelaran wayang kulit akan dimulai
2) Jejer pertama
a) Jejer
Pemaparan suatu negara atau tempat, raja dengan patih atau seorang tokoh dengan kerabatnya bersidang untuk membicarakan ketenteraman negara/tempat mereka.
b) Babak unjal
Kedatangan tamu di negara/tempat tersebut sehingga menimbulkan konflik. (Kadang-kadang untuk menyingkat waktu tamu sudah hadir ikut jejer)
c) Bedolan Jejer
Raja/seorang tokoh memerintahkan persidangan selesai, patih atau kerabat yang hadir dalam persidangan boleh meninggalkan tempat, dan raja/tokoh tersebut kembali ke istana/rumah tempat tinggalnya.



d) Geculan (lawakan) I
Tokoh gecul abdi atau rakyat biasa yang berkarakter lucu/humoris, setelah selesai melaksanakan tugas menghibur diri dengan lawakan segar menghibur penonton.
3) Paseban jaba
a) Paseban jaba
Patih dan atau anak/kerabat raja/tokoh di luar istana/rumah menyampaikan hasil persidangan kepada para punggawa/kerabat yang menunggu di luar.
b) Budalan wadya
Setelah semua memahami titah/maklumat raja/tokoh yang disampaikan oleh patih atau anak/kerabat raja/tokoh, para pimpinan pasukan/kerabat berangkat menjalankan tugas.
4) Jejer kedua (tempat lain)
Tokoh lain mengadakan persidangan diikuti oleh kerabat dekatnya, dengan keputusan kerabatnya ke suatu tempat dan segera berangkat.
5) Perang gagal
Pasukan negara/kerabat tokoh pada jejer pertama bertemu dengan kerabat tokoh jejer kedua, terjadi selisih faham dan peperangan antara kedua belah pihak tidak dapat dihindari. Belum sampai menimbulkan korban jiwa kedua belah pihak menghentikan pertempuran untuk saling mencari jalan lain untuk mencapai tempat yang dituju masing-masing.
b. Pathet Sanga
1) Gara-gara
Para abdi tokoh berkarakter baik, sedang bersendau-gurau sambil menghibur penonton. Setelah dirasakan cukup dilanjutkan menghadap tokoh yang menjadi junjungannya.
2) Jejer Pathet Sanga
Persidangan salah satu negara/tempat disusul kedatangan musuh, persidangan dibubarkan untuk menghadapi musuh yang datang.
3) Perang Pathet Sanga
Peperangan antara musuh yang datang dengan pasukan negara/tempat yang didatangi. Peperangan berakhir dengan kekalahan pasukan yang datang, kemudian mereka pulang ke negara/tempat tinggalnya dan melapor ke rajanya/pimpinannya.
c) Pathet manyura
1) Jejer Pathet Manyura
Tokoh jahat menunggu kedatangan utusannya, setelah utusan datang melaporkan tentang kegagalannya. Tokoh tersebut memerintahkan mengerahkan seluruh pasukan untuk menyerbu yang menjadi penyebab kegagalan keinginannya.
2) Perang Brubuh
Pertempuran besar-besaran atara pasukan negara yang menyerbu dengan yang di serbu, dan berakhir dengan kemenangan pihak yang berkarakter baik.
3) Jejer terakhir
Negara/tempat yang telah berhasil mengalahkan musuh dan tercapai apa yang diidam-idamkan berkumpul bersama kerabat dan sekutunya untuk mengadakan doa berterima kasih kepada Tuhan YME.
4) Tancep Kayon
Pertunjukan diakhiri dengan dalang menancapkan gunungan atau kayon di tengah-tengah debog panggungan atas wayang Warta sebagai tanda pertunjukan wayang kulit berakhir.
5) Gending Ayak Pamungkas
Para pengrawit memperdengarkan gending Ayak-ayak Pamungkas dengan disertai vokal sinden yang isinya mengagungkan dan menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga Kepada Tuhan YME.









Contoh naskah wayang Golek Wahyu berbahasa Indonesia yang pernah dipergelarkan pada Perayaan Nata Bersama 1999 di Unesa adalah sebagai berikut.
NASKAH WAYANG GOLEK WAHYU
DENGAN LAKON: “KELAHIRAN YESUS KRISTUS”

I. ADEGAN YUSUF DAN MARIA MENDAPAT WAHYU
Dalang memukul kotak 5 kali, dhog, dhog, dhog, dhog, dhog. Tanda pergelaran Wayang Golek Wahyu dimulai, dengan permintaan gending Ayak-ayak Manyura.
Dalang mengeluarkan wayang Maria dengan tangan kanan, Malaikat dipegang dengan tangan kiri agak diatas, digambarkan Maria sedang termenung, tiba-tiba Malaikat datang, dalang memberi tanda dodogan kotak dherodhog-dhog, gending Ayak-ayak sirepan, dan Malaikat berkata.

Malaikat : “Janganlah takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau namai Dia Yesus”.
Maria : “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu”.
Dalang memukul kotak sekali dhog tanda sirepan berakhir, Malaikat pergi meninggalkan Maria, kemudian Maria dengan ditutup gunungan diambil dari panggungan.
Dalang mengeluarkan wayang Yusuf dengan tangan kanan, digambarkan bimbang karena Maria tunangannya mengandung, padahal dia belum menyentuhnya. Digambarkan Yusuf berkata dalam hati akan meninggalkan Maria secara diam-diam, tetapi Malaikat datang. Dalang mengeluarkan Malaikat dengan tangan kiri, kemudian memukul kotak dherodhog-dhog tanda gending Ayak-Ayak sirepan, kemudian malaikat berkata.

Malaikat : “Hai Yusuf anak Daud, jangalah engkau takut mengabil Maria sebagai istrimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka”.

Dalang memukul kotak sekali dhog, sirepan berakhir, malaikat pergi, Yusuf meninggalkan tempat untuk menemui Maria.
Dalang mengeluarkan Maria dengan tangan kanan, dan Yusuf dengan tangan kiri, keduanya bertemu di panggungan, Dalang memukul kotak derodhog-dog, ayak-ayak sirepan, kemudian Yusuf berkata.

Yusuf : “Oh Maria kekasihku, engkau jangan gusar dan ragu sayangku, aku telah tahu segala yang engkau alami, karena aku telah didatangi Malaikat Tuhan yang memberitahu segalanya yang terjadi denganmu. Maka dari itu Maria sayangku, aku akan segera menikahimu.

Dalang memukul kotak sekali dhog, tanda sirepan berakhir, Yusuf dan Maria bergandengan tangan meninggalkan panggungan. Dalang menancapkan gunungan di tengah condong ke kanan, dalang memukul kotak dhog, dhog-dhog, dhog; dhog, dhog-dhog, dhog; dhog, dhog, dhog, dhog-dherodhg-dhog ayak-ayak suwuk.

Narasi dalang: Telah menikah Yusuf dan Maria setelah kedatangan Malaikat, di lain tempat tersebutlah di kerajaan Yudea, Prabu Herodes sedang dihadap perdana menteri dan hulubalangnya, kedatangan tamu tiga orang Majus dari Timur, binendrong suaranya.
Pengrawit membunyikan gending Bendrong, dalang mencabut gunungan dan mengmbalikan di batas tepi panggungan sebelah kanan.

II. JEJER KERAJAAN YUDEA.
Dalang mengeluarkan wayang perdana memteri dengan tangan kiri menyembah ke kanan dan lalu ditancapkan di debog bawah kiri menghadap ke kanan, disusul punggawa lainnya sama dengan perdana menteri. Setelah wayang tertata rapi, dalang memukul kotak dhog dilanjutkan kepraj jek, gending bendrong masuk ke gangsaran. Dalang mengeluarkan wayang Prabu Herodes dengan tangan kanan, ditarikan dengan gagah. Dalang memukul kotak dhog dilanjutkan kepraj jek, ganding Gangsaran berpindah kembali ke Bendrong irama dua. Herodes ditarikan kiprahan beberapa ragam diakhiri ragam bumi-langit dengan irama seseg/cepat. Dalang memberi tanda pukulan kotak dherodhog-dhog, Bendrong sirepan, lalu dalang janturan kerajaan Yudea.

Janturan.
Tersebutlah di negeri Yudea, negara besar yang menguasai tanah Yahudi. Siapa gerangan yang bertahta di kerajaan Yudea, tiada lain hanya Raja Herodes. Raja keras kepala bila mempunyai keinginan tidak dapat dicegah siapapun. Tersebutlah Raja Herodes dalam menjalankan roda pemerintahan selalu menindas rakyat kecil menguntungkan dirinya sendiri. Fasilitas negara hanya untuk keluarga dan kerabat dekatnya saja. Segala hajat hidup yang menguasai hajat hidup masyarakat dikuasai hanya untuk kemakmuran dirinya. Rakyat diperas tinggal bagai ampas, hingga kehidupan rakyat melarat bahkan hampir sekarat. Pada suatu hari Prabu herodes sedang berada di balairung istana duduk di singgasana, dengan dihadap perdana menteri beserta menteri-menterinya. Dalam hati herodes berkata: “Dimanakah raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu?”
Sambil membaca narasi dalang mengeluarkan wayang tiga orang Majus secara bergantian, sebelum ditancapkan masing-masing memberi hormat kepada Prabu Herodes. Dalang memukul kotak sekali dhog, sebagai tanda janturan selesai. Gending kembali ke irama cepat lalu berhenti.
Dalang suluk Ada-ada Manggalan
Mara wong dosa wong cilaka, mareka mring Gusti, Sang Pamarta,
Karsa mbirat dosanira, Gusti kang nimbali, iba ta bungahing atiku,
Besuk yen padha tinemu, suci neng daleme Rama, nunggil klayan Gusti,
Mbirat dosanira, heh sira wong dosa, ya.
Dialog.
Herodes : “Perdana merteriku, pada pertemuan kali ini sepertinya kita kedatangan tamu, apakah kamu sudah kenal tamunya?”.
P. meteri : “Sembah saya paduka, dan mohon maaf saya belum kenal, sebaiknya paduka sendiri bertanya kepada para tamu kita”.
Herodes : “Baiklah, kalau begitu”. “Tuan-tuan yang saya hormati, siapakah gerangan tuan-tuan ini, dari mana asal tuan, dan ada keperluan apakah kiranya tuan-tuan datang kemari?”.
Org Majus : “Baiklah Prabu Herodes, sebelumnya kami bertiga menghaturkan sembah, dan terima kasih paduka telah menerima kami di kerajaan Yudea ini. Kami bertiga adalah orang-orang majus atau juru nujum atau peramal dari Timur, kedatangan kami kemari untuk menanyakan kepada paduka, dimanakah Dia raja orang Yahudi yang baru dilahirkan? Karena kami telah melihat bintang tanda kelahirannya di Timur, dan kami bertiga datang untuk menyembah Dia”.
Herodes : “Ha-ha-ha-ha! Inilah dia yang kucari dan kuharap-harapkan tetapi aku sendiri belum tahu tempatnya yang jelas. Menurut berita yang kuterima dari para penasehatku, bayi itu ada di Betlehem. Maka dari itu Tuan-tuan silakan mencarinya ke Betlehem, dan saya sekaligus minta tolong, bila tuan-tuan sudah menemukan Raya orang Yahudi yang baru lahir itu, saya mohon dengan hormat lagi sangat, sudilah kiranya Tuan-tuan mampir ke sini lagi untuk memberitahu saya di mana keberadaan bayi Raja yang baru lahir itu, karena...... ha-ha-ha-ha, saya juga ingin..... menyembahnya juga ha-ha-ha-ha.
Or. Majus : “Baiklah Prabu Herodes, kami bertiga akan segera berangkat dan nanti bila kami sudah dapat menemukan, pulang kami ke Timur nanti akan datang ke mari lagi untuk memberitahu paduka”.
Dalang memukul kotak rangkap sebanyak 5 kali disambung keprak (xx xx xx xx xx-Crek-crek-crek-----) tanda minta gending Srepeg. Setelah irama teratur dalang mengundurkan ketiga orang majus.
Setelah ketiga orang majus pergi, dalang memukul kotak rangkap dan keprak bergantian (dhog-dhog-crek, dhog-dhog-crek, dhog-dhog-crek), untuk menghentikan Srepeg. Setelah srepeg berhenti Herodes berdialog dengan perdana menteri.

Herodes : “Perdana menteriku, rupa-rupanya ada yang akan menggusur kedudukanku. Aku ini kan raja diraja yang paling berkuasa di dunia ini, masak akan ada anak kecil, anak kemarin sore berani menurunkanku dari tahta. Tidak bisa dan tidak akan kulepaskan tahtaku. Hai perdana menteriku, apakah masih cukup banyak orang Yudea yang masih setia padaku? Ambilah uang dari gudang uangku, beri uang yang cukup kepada orang-orang yang setia padaku, suruh mereka mencari tahu di mana satria piningit yang baru dilahirkan itu. Bila masyarakat tidak ada yang mau mengaku di mana Raja Yahudi yang baru lahir itu, perintahkan secara rahasia kaki tanganku untuk membuat kerusuhan, biar rakyat tercekam dan ketakutan. Para paderi beri amplop uang yang tebal, agar mau berfatwa mendukung kelanggengan kedudukan dan tahtaku, bahwa aku adalah raja dari segala raja. Bila ada paderi yang tidak mau berfatwa demikian, bila ada paderi tidak mau saya beli, bunuh saja. Cari segala macam alasan membunuh mereka, atau dapat mengatakan bahwa mereka dukun santet, dan ajak masyarakat mengeroyok mereka, biar seolah-olah mati dikeroyok massa”.
P. menteri : “Maaf beribu maaf paduka, apakah tindakan demikian itu tidak melanggar hak azazi manusia atau melanggar HAM?’.
Herodes : “Perdana menteriku yang tolol, bagaimana? Apa kamu masih ingin hidup enak?, apa tidak ingin kehilangan jabatan?, dan apa kamu masih suka lalapan cewek ABG?, atau kamu sudah bosan hidup?. Kalau belum bosan hidup laksanakan perintahku tanpa membantah dan jangan banyak cing-cong! Persetan dengan HAM”.
P. menteri : “Ok boss perintah saya laksanakan”
Dalang memukul kotak rangkap sebanyak 5 kali disambung keprak (xx xx xx xx xx-Crek-crek-crek-----) tanda minta gending Srepeg. Setelah irama teratur dalang mengundurkan perdana menteri dan punggawa lainnya dengan menyembah lebih dulu. Setelah semua mundur, Herodes meninggalkan tempat.

Tidak ada komentar: