Rabu, 26 November 2008

Menurunnya Apresiasi Budaya

CIREBON, (PR).-Apresiasi masyarakat Jawa Barat terhadap budaya dan kebudayaan khas daerahnya dinilai terus merosot. Hal ini merupakan ancaman serius bagi kelestariannya. Bahkan bila tidak diantisipasi bukan tidak mungkin khazanah budaya Jabar bisa terancam punah.

Demikian ditegaskan Gubernur Jabar, H. Danny Setiawan saat membuka acara "Silaturahmi & Dialog Budaya Jabar" di Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon, Rabu (6/7). Kegiatan itu diselenggarakan LKC (Lembaga Kebudayaan Cirebon), berisi dialog soal kebudayaan serta pergelaran seni tradisional daerah di Wilayah III Cirebon yang berlangsung di depan gedung Kantor Bakorwil.

Di Keraton Kasepuhan, selain membuka acara itu, Gubernur Danny juga melakukan dialog interaktif dengan seniman, budayawan dan sejarawan dari Wilayah III Cirebon dan daerah lain di Jabar. Mendampingi Gubernur, Ketua DPRD Jabar, H.A.M., Ruslan, Sultan Kasepuhan, H. Maulana Pakuningrat, Wakil Wali Kota Cirebon, H. Agus Alwafier serta putra mahkota Kraton Kasepuhan, P.R.A. Arief Natadiningrat yang juga bertindak sebagai moderator.

Peringatan soal ancaman kepunahan budaya Jabar, dikemukakan Gubernur Danny saat memberi sambutan di depan sekira 100 peserta silaturahmi itu. Dituturkan, belakangan ini ada kecenderungan kuat bahwa apresiasi warga Jabar terhadap khazanah budayanya terus merosot.

Gempuran budaya barat yang menampilkan hedonisme dan materialisme di balik kemajuan teknologi informasi, menjadikan masyarakat Jabar secara tidak sadar berpaling dari kebudayaannya. Hal itu diperkuat oleh masih rendahnya tingkat kesalehan sosial masyarakat. "Apresiasi masyarakar Jabar terhadap khazanah budaya sendiri terus merosot. Ini sungguh mengkhawatirkan. Misalnya apresiasi terhadap seni-seni tradisional, nyaris sudah tidak ada lagi," ujar gubernur.

Menyikapi hal itu, Gubernur Danny meminta agar masyarakat Jabar, khususnya para seniman dan budayawan, harus lebih serius memperjuangkan pelestarian seni-seni tradisional. Salah satu caranya ialah dengan menghidupkan terus budaya-budaya lokal yang menjadi modal bagi kebudayaan Jabar secara umum.

"Budaya lokal harus terus dihidupkan. Ini tanggung jawab moral masyarakat, terutama seniman dan budayawannya. Mereka dituntut harus bisa menghidupkan sekaligus juga mengaktualisasikannya dengan kebutuhan zaman. Acara seperti silaturahmi dan dialog kebudayaan ini merupakan salah satunya yang perlu terus dikembangkan sebagai momentum untuk membangkitkan khazanah budaya Jabar," tuturnya.

Visi Budaya Jabar 2010

Menyinggung soal aktualisasi, Gubernur Danny meminta seniman dan budayawan merumuskan identitas khazanah budaya lokal. Setelah itu, menyusun konsep strategi kebudayaan yang bisa terus sesuai dengan nilai-nilai kekinian dan menyentuh kebutuhan warga.

"Kita harus merumuskan bagaimana supaya budaya lokal bisa menjawab tantangan kekinian yang ada di masyarakat. Misalnya sejauh mana budaya lokal bisa menghidupkan perhatian terhadap persoalan kerusakan lingkungan hidup, lahan kritis dan ancaman bencana alam. Juga dengan bagaimana mengondisikan untuk merangsang warga meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM dan banyak lagi," tutur Gubernur.

Pada kesempatan itu, Gubernur Danny juga mengemukakan soal visi Jabar pada tahun 2010. Target itu sebenarnya merupakan visi kebudayaan secara umum, bahwa Jabar ingin menjadi provinsi termaju serta mitra terdepan DKI Jakarta. "Visi itu merupakan program akselerasi (percepatan) pembangunan. Ada beberapa misi yang hendak dicapai, antaranya peningkatan SDM, pemantapan pemerintahan dan kehidupan sosial berdasarkan agama serta budaya lokal," tutur dia.(A-93/A-87)***

Tidak ada komentar: